Selasa, 12 Maret 2013

Yurei




     Yūrei  adalah figur dalam cerita rakyat Jepang, yang sepadan dengan Hantu. Istilah tersebut terdiri dari dua huruf “yū” yang berarti "redup" atau "samar", dan “rei” yang berarti "jiwa" atau "spirit." Nama alternatifnya antara lain Bōrei (亡霊) yang berarti arwah orang meninggal, Shiryō (死霊) berarti jiwa orang mati, atau dalam pengertian yang lebih luas meliputi Yokai (妖怪) atau Obake (お化け). mereka diyakini sebagai jiwa setelah kematian.

Mitologi

     Menurut kepercayaan masyarakat Jepang, seluruh manusia memiliki spirit atau jiwa yang disebut Reikon. Saat seseorang meninggal, reikon meninggalkan jasad dan memasuki tempat penyucian, tempat mereka menunggu selama upacara pemakaman dan pasacapemakaman dilaksanakan dengan layak, agar mereka dapat berkumpul dengan para leluhur. Jika ritual dilaksanakan dengan benar, maka reikon dipercaya sebagai pelindung keluarganya yang masih hidup dan kembali tiap tahun di bulan Agustus saat Hari raya Obon untuk menerima ungkapan terima kasih.

     Bagi seseorang yang tewas dalam cara yang tak lazim atau secara sadis, misalnya dibunuh atau bunuh diri, dan bila ritual yang benar tidak dilaksanakan, atau bila almarhum masih dipengaruhi emosi yang kuat seperti balas dendam, asmara, kecemburuan, kebencian, atau kesedihan, maka reikon dipercaya akan berubah menjadi yūrei, yang dapat menyebrangi batas antara alam baka dengan alam fana (dunia manusia).

     Yūrei berada di dunia manusia sampai ia menjadi tenang, baik dengan cara mendoakannya melalui upacara pemakaman yang layak dan benar, atau dengan memenuhi keinginan yang belum tercapai yang masih membelenggunya di dunia fana. Jika upacara tidak berlangsung dengan semestinya atau bila keinginannya belum terpenuhi maka yūrei akan tetap bergentayangan.


Ciri - ciri yurei

     Pada akhir abad ke-17, permainan yang disebut Hyakumonogatari kaidankai menjadi populer, dan Kaidan (cerita hantu) semakin sering menjadi subjek pementasan teater, literatur, dan cabang seni lainnya. Pada masa tersebut, atribut-atribut tertentu disematkan untuk membedakan yūrei dengan manusia biasa, sehingga karakter yūrei lebih mudah dikenali.


     Seniman ukiyo-e, Maruyama membuat contoh terkenal pertama yang kini dikenali sebagai sosok yūrei secara tradisional, dalam lukisan Hantu Oyuki.
Di masa kini, penampakan yūrei agaknya seragam, yang secara sederhana mengindikasikan sifatnya yang gaib, dan keaslian ciri kultural sosok tersebut sangat terasa.
  • Pakaian putih: biasanya Yūrei berpakaian serba putih, mencirikan tradisi kimono putih saat upacara pemakaman yang digunakan sejak upacara pemakaman zaman Edo. Dalam agama Shinto, pakaian putih dipakai karena putih adalah warna yang melambangkan kemurnian upacara, yang secara tradisional dipakai oleh para pendeta dan jasad yang dimakamkan. Kimono tersebut dapat berupa katabira (kimono polos, putih, tak bergaris) atau kyokatabira. Kadangkala yūrei memakai hitaikakushi ("ikat kepala"), berupa potongan kain berbentuk segitiga yang diikat di dahi. 
  •  Rambut hitam: Biasanya rambut yūrei panjang, hitam, dan acak-acakan.
  • Tangan dan kaki: Tangan yūrei menjuntai lemas. Ciri khasnya tidak memiliki kaki, sehingga melayang di udara. Ciri ini berasal dari cetakan Ukiyo-e zaman Edo, dan disebarluaskan dalam pementasan kabuki.
  • Hitodama: Seringkali yūrei ditemani oleh bola api atau Hitodama dengan warna biru, hijau, atau ungu. Bola api tersebut merupakan bagian terpisah dari yūrei dan bukan merupakan hantu tersendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar